Senin, 25 Juni 2007

Maani LailahaIlallah

MAANI LAAILAHAILLALLAH

(Makna Kalimat Laa Ilaha Illallah)

Sinopsis

Dalam kalimat syahadat terdapat beberapa bagian yang sering menjadi pembahasan. Antara lain kalimat "Laa" yang berarti menafikan secara langsung konsep dan ciri-ciri ketuhanan yang ada di atas alam kecuali konsep Allah SWT dengan segala kesempurnaannya. Penafian (penolakan) tersebut untuk membersihkan aqidah dari syubhat ketuhanan. Tujuannya ialah menegaskan bahwa segala arti dan hakikat ketuhanan itu hanyalah ada pada Allah. Dari sini bangunan aqidah menjadi jelas bagi seorang mukmin.

Dengan mengucapkan kalimat syahadat maka kita me­mahami dan bersikap bahwa tidak ada Pencipta kecuali Al­lah saja, tiada Pemberi rezki selain Allah, tiada Pemilik selain Allah, tiada kerajaan selain untuk Allah, tiada Pembuat hukum selain Allah, tiada Pemerintah selain Allah, tiada Pemimpin selain Allah, tiada yang Dicintai selain Allah, tiada yang Ditakuti selain Allah, tiada yang Diharapkan selain Allah, tiada yang memberi manfaat atau mudhorot selain Allah, tiada yang menghidupkan atau mematikan selain Al­lah, tiada yang mengabulkan permohonan selain Allah, tiada yang melindungi selain Allah, tiada wakil selain Allah, tiada daya dan kekuatan selain dari Allah, tiada yang diagungkan selain Allah dan tiada yang dimohonkan pertolongannya selain Allah.

Ungkapan demikian merupakan konsekuensi pengamalan la ilaha illallah, yang diaplikasikan ke dalam seluruh sektor kehidupan, apakah di dalam mesjid atau di luar mesjid, di rumah atau di luar rumah, di tempat bekerja atau di luar tempat kerja. Pada dasarnya sikap demikian dilakukan selarn 24 jam penuh dari bangun tidur hingga tidur kembali. Apabila hal demikian dilakukan maka akan mendapatkan kesela­matan dunia dan akhirat.

1. Laa Ilaha Illallah (Tiada Tuhan Selain Allah)

· Menafikan seluruh bentuk ketuhanan yang lain selain Al­lah. Menafikan kesempurnaan mereka dan menafikan hak pengabdian selain dari Allah. Menguatkan (itsbat) keesaan dan kesempurnaan Allah semata-mata.

· Pengertian dan konsekwensi la ilaha illallah juga termasuk pengertian dan konsekwensi Allah sebagai Rabb dan Malik. Dan pengertian la ilaha illallah telah merangkum semua makna tauhid, oleh karena itu pula yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul adalah kalimat la ilaha illallah bukan kalimat la rabba illallah atau kalimat la malika illallah. Pengertian terhadap la ilaha illallah diwajibkan oleh Allah SWT untuk dipelajari.

Dalil

· Q. 18:110. Rasul sebagai orang biasa yang mendapatkan

misi untuk mendakwahkan bahwa Allah adalah ilah.

· Q. 47:19. Allah memerintahkan kita untuk mempelajari

kalimat la ilaha illallah.

2. La Khaliqun (Tiada Pencipta Selain Allah)

· Banyak ayat dalam Al Quran yang menyatakan bahwa Al­lah yang menciptakan manusia dan makhluk, kemudian Allah pula yang memberinya rezki dan mematikannya. Konsekwensi dari Allah sebagai Pencipta maka Allah lah yang akan memberinya rezki dan mengatur kehidupannya.

· Gambaran sebagai Pencipta adalah gambaran kemampuan yang hebat dari yang diciptaNya. Allah sebagai Pencipta maka Allah lebih perkasa dan tidak terjangkau kekuatannya oleh manusia atau makhluk lainnya. Dengan pernyataan bahwa tidak ada Pencipta kecuali Allah berarti mengakui Allah adalah Paling Besar (Alllahu Akbar). Yang diperlukan dalam pernyataan kalimat tauhid ini adalah konsekwensi di dalam kehidupan sehari-hari.

Dalil

· Q. 25:2. Allah yang menjadikan segala sesuatu, lalu mengaturnya menurut aturan tertentu.

3. La Raziqo (Tiada Pemberi Rezki Selain Allah)

· Allah sebagai Pencipta maka Allah juga yang menjadi Pemberi Rezki. Memahami pernyataan bahwa tidak ada pemberi rezki kecuali hanya Allah saja berarti Allah sebagai tempat bergantung kita meminta rezki. Bukan bos, man­ager, pemimpin perusahaan yang memberikan rezki kita. Allahlah yang memberikan rezki melalui pekerjaan kita. Dengan sikap demikian ketergantungan kita bukan kepada manusia atau bos dan pekerjaan. Ketakutan kita juga hanya kepada Allah begitu juga tempat memberikan harapan kehidupan hanya kepada Allah. Inilah sebenarnya pengertian tauhid yang murni dan dapat membawa kita kepada kedamaian.

Dalil

· Q. 51:57-58. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak kehendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.

4. La Maalika (Tiada Pemilik Selain Allah)

· Allah yang memiliki bumi langit dan semua isinya termasuk diri kita dan yang melekat pada diri kita adalah milik Allah. Anak, harta dan jiwa kita pun milik Allah. Kita tak mungkin menjaga sepenuhnya yang ada pada diri kita, karena yang memiliki adalah Allah. Oleh karena itu apabila memahami secara benar kalimat tiada Pemilik selain Allah maka segala bentuk kehilangan, musibah dan sebagainya merupakan ketentuan Allah dan kembali kepada Pemiliknya. Sikap kita adalah sabar dan tidak menyesali atau sedih berlebihan, karena kita hanya dipinjamkan sementara yang suatu saat akan diambil oleh Pemiliknya.

· Allah berfirman dalam surat 2:155, apabila mendapatkan musibah kita menyebut inna lillahi wa inna ilaihi rajiun yang artinya bahwa sesungguhnya segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada Pemiliknya.

Dalil

· Q. 4:131-132. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka ketahuilah, sesungguhnya apa yang di langit an apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan kepunyaan Al­lah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

· Q. 2:284. Bagi (milik) Allah-lah apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi

5. La Malika (Tiada Penguasa Selain Allah)

· Allah juga sebagai Penguasa atas apa-apa yang diciptaNya. Kekuasaan Allah tidak terbatas dan tidak ada satupun yang mampu mengalahkanNya. Suatu hal yang wajar apabila kita

patuh dan taat kepada Penguasa tunggal alam ini. Kita mempunyai keterbatasan sebagai makhluk untuk memikir­kan khaliq. Kita tidak mampu memikirkan bagaimana kej adian Allah, yang mampu kita lakukan adalah memikir­kan ciptaan Allah.

· Kekuasaan yang dimiliki Allah menjadikan Allah sebagai satu-satunya Penguasa yang perlu diabdi dan disembah. Oleh karena itu segala peraturan dan kebijakanNya patut untuk diikuti dan dipatuhi. Apabila manusia tidak mematuhi perintahNya maka akan mengakibatkan murka dan marahnya Allah. Azab akan diturunkan sebagai bagian dari hukuman tersebut, apakah berupa bencana, kerusuhan, musibah dan banyak cobaan atau ujian lainnya.

Dalil

· Q. 62:1. Bertasbihlah kepada Allah apa saja yang ada dy langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

· Q. 36:83. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan

· Q. 67:1. Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

· Q. 3:189. Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

6. La Hakima (Tiada Pembuat Hukum Selain Allah)

· Setelah Allah menciptakan alam dan seisinya termasuk manusia, maka suatu hal yang wajar Allah menetapkan segala kebijakan dan keputusan untuk mengatur kebaikan perjalanan kehidupan makhlukNya. Oleh karena itu, ketetapan yang Allah putuskan adalah suatu yang benar dan sesuai dengan keadaan dan keperluan manusia dan makhluk lainnya. Keputusan Allah tersebut sesuai dengan fitrahnya manusia dan keadaan penciptaan makhluk.

• Keputusan dan kebijakan Allah semuanya telah tertera dalam Al Quran yang kemudian diamalkan oleh Nabi SAW dan dicontoh oleh para sahabat Nabi dan pengikutnya. Tiada pembuat hukum dan aturan tentang kehidupan manusia dan alam kecuali Allah.

· Allah SWT telah berhasil dan telah menunjukkan kepada kita kehebatan dan keberhasilan mengatur alam semesta ini. Alam semesta begitu tertib dan teratur berjalan setelah beratus abad tanpa ada kerusakan dan kesalahan sedikitpun. Pergantian siang malam, perjalanan bumi, bulan dan bintang, berbagai peristiwa yang terjadi secara pasti dan tepat sesuai dengan hukum sunnatullah kauniyah.

· Selain hukum kepada alam juga hukum kepada manusia. Agar manusia tertib dan teratur menjalani kehidupan dunia yang begitu komplek maka ikuti hukum Allah yang pasti kebenarannya dan jelas tuntunannya. Hukum dan aturan lainnya yang mengatur manusia belum tentu benar karena masih berdasarkan sangkaan dan dugaan, sementara hukum Allah adalah pasti benar. Oleh karena itu, sikap kita adalah tidda pembuat hukum yang mengatur kehidupan manusia kecuali Allah saja.

Dalil

· Q. 12:40. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

· Q. 6:114. Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab Al Quran kepadamu dengan terinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

· Q. 33:36.Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang Mukmin, apabila Al­lah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan sesat yang nyata.

· Q. 28:68. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan dengan Dia.

· Q. 45:18. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat peraturan dari urusan agama itu, maka ikutijah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang­orang yang tidak mengetahui.

· Q. 42:20. Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat.

· Q. 6:137. Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang yang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk me­ngaburkan bagi mereka agamanya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

7. La Amiro (Tiada Pemerintah Selain Allah)

· Allah yang berhak mencipta dan memerintah manusia.

Konsekuensi logis dari Pencipta adalah mengatur dan

memerintah apa yang telah diciptanya agar ciptaannya

berjalan dengan baik tanpa kerusakan.

· Tiada Pemerintah manusia kecuali Allah saja. Dia yang mengatur kehidupan manusia seperti kehidupan berke­luarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan dalam berekonomi, berpolitik, dan kehidupan sehari-hari dalam pergaulan, di tempat kerja atau di rumah. Allah SWT telah mengatur kehidupan manusia demikian elok dan baiknya agar manusia dapat menjalani kehidupannya secara damai, aman dan tertib. Allah SWT telah lengkap memberikan aturan dan perintah kepada manusia, hanya saja manusia yang tidak mengikutinya dengan baik.

Dalil

· Q. 7:54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakanNya pula matahari, bulan dan bintang-bintang masing-masing tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

8. La Waliya (Tiada Pemimpin Selain Allah)

· Allah SWT sebagai Pelindung atas ciptaanNya. Dia amat sayang dan mencintai ciptaanNya, sehingga Dia pula yang melindungi ciptaanNya apalagi kepada orang-orang yang beriman. Allah telah membuat aturan yang baik bagi manusia untuk dijalankan dan Allah pula yang mengeluar­kan manusia dari segala keburukan yang dilakukannya.

· Tiada Pelindung kecuali hanya kepada Allah. Manusia dan makhluk lainnya tidak layak dan tidak cocok dijadikan pelindung manusia walaupun mereka memiliki berbagai status dan jabatan yang kuat di mata manusia. Namun demikian, semua kekuatan yang dimiliki manusia hanyalah kecil di hadapan Allah.

Dalil

· Q. 2:257. Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada

cahaya iman. Dan orang-orang yang kafir, pelindung­pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan kekafiran. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

9. La Mahbuba (Tiada Yang Dicintai Selain Allah)

· Allah yang menciptakan manusia dan Allah pula yang melindungi ciptaanNya maka Allah juga mencintai ciptaanNya, terlebih lagi kepada manusia yang selalu bersedia melaksanakan semua perintahNya. Namun demikian kecintaan Allah kepada manusia juga karena kecintaan manusia kepada Allah sebagai Penciptanya.

· Mencintai sesuatu sebaiknya diarahkan kepada yang kekal dan abadi. Cinta yang tidak kekal dan abadi menjadikan hati tidak bahagia. Untuk cinta yang abadi hanya kepada Allah saja karena Allah adalah sesuatu yang abadi dan kekal. Oleh karena itu, tiada yang dicintai kecuali hanya Allah.

· Tentunya manusia berebut untuk mendapatkan kecintaan dari sesuatu yang memiliki segalanya yaitu Allah. Dengan dicintaiNya maka kita akan dilindungi dan diberikan apa saja yang kita minta. Bahkan kita mendapat pertolongan dan bantuan atas segala kesulitan yang dialami.

Dalil

· Q. 2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah

10. La Marhuba (Tiada Yang Ditakuti Selain Allah)

· Allah memberikan pelajaran kepada manusia dengan berbagai hukuman apabila tidak mengamalkan perintah­Nya. Hukuman merupakan pendidikan bagi manusia agar mengikuti yang benar dari Allah. Selain hukuman yang diberikan, Allah juga memiliki segalanya dan dapat memutuskan apapun yang dikehendakiNya. Oleh karena itu, hanya kepada Allah saja kita takut dan bukan kepada manusia. Karena manusia tidak memiliki apapun, yang dimiliki manusia tidak kekal pada dirinya dan tidak berarti apa-apa di hadapan Allah.

· Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang beriman dan beramal shaleh. Orang yang beriman yakin betul bahwa Allah saja yang perlu ditakuti bukan manusia yang ditakuti. Dengan demikian, ketergantungan hanya kepada Allah saja. Sikap takut dan tergantung kepada manusia menjadikan diri kita sulit, karena manusia yang dijadikan tempat bergantungpun tidak memiliki segalanya bahkan ber­gantung pula dengan manusia lainnya.

· Takut kepada selain Allah memiliki berbagai konsekuensi yang merugikan manusia, di antaranya berbagai tuntutan yang dikehendaki dari manusia yang ditakuti. Sel.ain itu, akan memunculkan sikap takut yang tidak proposional dan berakibat kepada kejiwaan.

Dalil

· Q. 2:40. Hai Bani Israil, ingatlah akan niktnatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepadaKu niscaya Aku penuhi janjiKu kepadamu; dan hanya kepadaKulah kamu harus takut (tunduk).

· Q. 9:18. Hanyalah yang memakmurkan mesjid-masjid Al­lah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Al­lah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

11. La Marghuba (Tiada Yang Diharapkan Selain Allah)

· Karena Allah memiliki segalanya dan mampu melakukan segalanya maka hanya kepada Allah saja tempat kita

berharap.Tidak ada tempat yang layak untuk diharap kecuali hanya Allah. Harapan kepada manusiapun akan dipenuhi apabila Allah menghendaki. Yang dimiliki manusiapun sebenarnya milik Allah, Allah yang menitipkan sementara kepada manusia. Allah mampu menarik semua yang ada pada manusia kapanpun.

· Mengharap Allah tidak saja dari materi tetapi juga mengharapkan surga yang dimilikiNya. Kita berharap dapat dipertemukan dengan Allah di akhirat kelak, kita berharap agar kehidupan yang kita lalui dapat berjalan dengan baik. Segala harapan kita hanya kita lemparkan kepada Allah. Tanpa sikap demikian maka kita akan rugi.

Dalil

· Q. 94:8. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kapnu berharap.

· Q. 18:110. Katakanlah:" Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaKu: " bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan­nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ber­ibadah kepada Tuhannya".

12. La Nafi'a Wa La Dzhar (Tiada Yang Memberi Manfaat Atau Mudharat Selain Allah)

· Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya, Dia yang dapat mendatangkan kebaikan dan menimpakan kernudharatan kepada manusia. Kebaikan atau kemudharatan disebabkan oleh ulah dan tingkah laku manusia sendiri. Allah hanya memberikan balasan dan respon yang sesuai dengan apa yang dilakukan manusia.

· Manusia yang melakukan kebaikan sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran dan mengikuti sunnah Nabi SAW maka akan mendapatkan manfaat yang besar dari Allah atas kebaikannya tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila berbuat kerusakan di muka bumu, maka Allah memberikan mudharat kepada manusia yang melakukannya. Tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan mudharat kecuali hanya Allah saja.

Dalil

· Q. 6:17. Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

13. La Muhyi Wa La Mumit (Tiada Yang Menghidupkan Atau Mematikan Selain Allah)

· Allah yang menciptakan manusia maka Allah yang mampu menghidupkan dan mematikan manusia. Setiap manusia ada batas umur dan ada waktu ajalnya. Allah yang menentukan kapan seorang manusia hidup dan mati, Al­lah j uga yang menentukan bagaimana cara hidup dan matinya makhluk.

· Walaupun telah jelas bahwa Allah yang paling berhak dan mampu untuk menghidupkan dan mematikan, tetapi manusia masih ada saja yang mengakui mampu melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Fir'aun sebagai contoh mengakui dapat menghidupkan dan mematikan manusia tapi pada kenyataannya tidak dapat dilakukan khususnya untuk menghidupkan manusia.

· Sikap tauhid dengan pernyataan bahwa tidak ada yang mampu menghidupkan dan mematikan ini menjadikan kita hanya berlindung kepada Allah saja.

Dalil

· Q. 2:258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya Allah karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan

kekuasaan.Ketika Ibrahim mengatakan:" Tuhanku ialah Yang merehidupkan dan mematikan," orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata:"S.sungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiarnlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjukkepada orang-orang yang zalim.

14. La Mujib ITiada Yang Mengabulkan Permohonan Selain Allah)

· Manusia nemiliki berbagai keterbatasan, oleh karena itu manusiabiasa meminta bantuan orang lain untuk menutupiketerbatasannya. Kebiasaan memohon bantuan adalah fiaah manusia yang mana manusia terbatas dari segi kemampuan. Selain itu, keadaan menuntut manusia untuk mampu melaksanakan sesuatu.

· Berbagai keterbatasan manusia dan tuntutan lingkungan untuk suskses bekerja, memaksa kita untuk meminta bantuankepada yang lain. Memohon bantuan adalah suatu kewajamr Karena Allah adalah segalanya, maka permohon­an yanguajar untuk disampaikan hanya kepada Allah saj a. Permohonan manusia kepada Allah biasanya dilontarkan dalam bentuk doa. Islam mengajarkan kita untuk selalu berdoa, apakah dalam shalat atau dalam berbagai situasi yang diperlukan.

Dalil

· Q. 2:186.Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang A u, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Akutnengabulkan prmohonan orang yang berdoa apabilaiamemohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka berimankepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran

· Q. 40:60.Dan Tuhan mu berfirman:" Berdoalah kepada­Ku, niscaaakan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah. Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".

15. La Mustajara Bihi (Tiada Yang Melindungi Selain Al­lah)

· Syaitan memiliki tugas dan pekerjaan di dunia ini untuk menggoda manusia. Kehebatan syetan telah teruji dengan bukti-bukti nyata di hadapan kita. Manusia yang melakukan kerusakan di bumi adalah pekerjaan syaitan. Syaitan selalu menggoda kita untuk menjadi teman-temannya. Tiada yang mampu selain Allah untuk berhadapan dengan syaitan. Syaitan hanya mampu dilawan dengan keimanan kita kepada Allah dan menjalankan perintahNya.

· Karena hanya Allah yang mampu melawan syetan, maka perlindungan yang kita minta juga hanya kepada Allah. Syetan adalah perbuatan jahat yang dilakukan oleh jin dan manusia. Karena jin dan manusia adalah makhluk atau ciptaan Allah maka Allah dengan mudah melawan mereka. Perbuatan syetan seperti sombong, dengki, iri hati dan kikir adalah tingkah laku syetan yang ada pada diri manusia. Oleh karena itu, untuk menghindari tingkah laku syaitan dari dalam diri atau luar diri manusia, kita harus berlindung kepada Allah saja.

Dalil

· Q. 16:98. Apabila kamu membaca Al Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

· Q. 72:6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

16. La Wakila (Tiada Tempat Bertawakal Selain Allah)

· Allah sebagai tempat untuk menyerahkan diri. Setelah kita memusyawarahkan sesuatu dan telah diputuskan yang akan kita laksanakan maka kemudian kita menyerahkan urusan tersebut kepada Allah. Hasil dari urusan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada Allah, kita hanya berusaha dan berdoa. Hasil dari usaha itu ditentukan oleh Allah SWT

· Sikap menyerahkan diri kepada Allah dapat menghilang­kan stress dan kegelisahan jiwa. Apabila kita yakin bahwa Allah yang menentukan segala, maka kita menyerahkan keputusan akhir dari usaha kita tersebut kepada Allah. Manusia bisa berbuat tetapi Allah yang rPtemutuskan. Manusia tidak bisa memastikan hasil akhir dari usahanya walaupun semuanya telah diprediksi dan telah direncana­kan. Hasil usaha manusia terkadang meleset dari yang diharapkan, bahkan sebagian dari hasil usaha kita masih kelabu dan tidak jelas bagaimana bentuk akhir dari usaha tersebut.

· Sikap bertawakal kepada Allah akan menjadikan jiwa tenang dan akan menerima semua keputusan Allah tanpa perlu diikuti dengan kecewa kalau gagal dan sombong kalau berhasil. Sikap tawakal akan menghasilkan sikap sabar dan bersyukur dalam menerima hasil usaha.

Dalil

· Q. 3:159. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang betawakkal kepada-Nya.

· Q. 9:52. Katakanlah:" Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpa­kan kepadamu azab yang besar dari sisi-Nya, atau azab dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu".

17. La Mu'dhirra (Tiada Daya dan Kekuatan Selain Allah)

· Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya, termasuk berkuasa atas manusia, binatang, alam semesta dan langit bumi. Karena kekuasaanNya maka Allah sebagai tempat yang diminta perlindungannya. Dialah pencipta alam ini maka Dialah yang berkuasa terhadap alam ciptaanNya dan Dialah yang memiliki daya dan kekuatan.

· Sikap terhadap pernyataan tauhid ini adalah mengesakan segala kekuatan kepada Allah saja. Tidak ada yang dapat menyaingi kekuatan Allah.

Dalil

· Q. 6:17. Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

18. Mustaani Bihi (Tiada Yang Dimohonkan Pertolongannya Selain Allah)

· Allah sebagai Pencipta dan sebagai Penolong kepada ciptaanNya. Manusia yang sangat terbatas kemampuannya memerlukan bantuan dan pertolongan dari Allah, oleh karena itu tempat manusia untuk memohon pertolongan adalah Allah saja.

Dalil

· Q. 1:5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

19. Ilallah (Kecuali Allah)

· Sikap tauhid kita adalah mengesakan segala kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki Allah hanya untuk Allah saja. Sikap tauhid kita terhadap penciptaan, dan sesembahan hanya kepada Allah saja. Tidak ada yang patut kita abdi kecuali Allah.

· Asma dan sifat Allah hanya miliki Allah. Kekuatan yang ada dalam asma dan sifatNya hanya Allah yang memiliki. Tiada yang diminta pertolongan kecuali Allah, tiada yang diharapkan kecuali Allah, tiada yang diminta perlindungan kecuali Allah. Sikap demikian akan sangat membantu kedamaian kehidupan di dunia, karena kita tidak perlu memikirkan sesuatu yang bukan urusan kita atau memikir­

kan sesuatu yang sulit dan komplek, lepaskan saja urusan ini kepada yang menentukan segala urusan yaitu Allah.

Ringkasan Dalil

· Tiada Ilah selain Allah

· Tiada Pencipta selain Allah (Q. 25:2)

· Tiada Pemberi rezki selain Allah (Q. 51:57-58)

· Tiada Pemilik selain Allah (Q. 4:131-132, 2:284)

· Tiada Raja[Iiada kerajaan selain untuk Allah (Q. b2:11,

36:83, 67:1, 3:189)

Tiada Pembuat hukum selain Allah (Q. 12:40, 6:114, 33:36,

28:68, 45:18, 42:20, 6:137)

· Tiada Pemerintah selain Allah (Q. 7:54)

· Tiada Pemimpin selain Allah (Q. 2:257)

· Tiada Yang Dicintai selain Allah (Q. 2:165)

· Tiada Yang Ditakuti selain Allah (Q. 2:40, 9:18)

· Tiada Yang Diharapkan selain Allah (Q. 94:8, 18:110)

· Tiada Yang memberi manfaat atau mudhorot selain Allah

(Q. 6:17)

· Tiada Yang menghidupkan atau mematikan selain Allah

(Q. 2:258)

· Tiada Yang mengabulkan permohonan selain Allah (Q.

2:186, 40:60)

· Tiada Yang melindungi selain Allah (Q. 16:98, 72:6)

· Tiada Yang wakil selain Allah (Q. 3:159, 9:52)

· Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah

· Tiada Yang diagungkan selain Allah

· Tiada Yang dimohonkan pertolongannya selain Allah

(Q.1:5)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

alhamdulillah saya sangat terbantu dengan adanya materi ini karena sebagai orang islam yg terlahir sdh dlm kondisi beragama islam cenderung tdk tertarik untuk mempelajari agamanya sendiri apalagi mengenal lbh jauh siapa tuhannya padahal kita baru mengetahui kulit luarnya saja sdh merasa cukup pdhal isilnya jauh lebih berharga seperti luak yg memakan kulit kopi pdhal biji kopi yg dikeluarkannya lwt kotoranny jauh lbh mahal [kopi robusta].jazakumullah khairan katsira.